Skip to main content

KECANTIKAN

Lowongan Kerja Penjahit (Dibutuhkan segera pemagang untuk Tim Produksi) di BABECOM.

LAGI CARI KERJA? INGIN MENDAPAT POSISI DI SEBUAH PERUSAHAAN? TAPI, BELUM PUNYA PENGALAMAN? Nah, program magang atau internship yang sedang dibuka oleh Babecom di Kota Surabaya ini merupakan wadah yang pas untuk kalian (khususnya yang baru lulus SMK Tata Busana). Berikut kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi pemagang di Babecom. Yakni : - Muslimah - Usia max 25 th - Belum menikah - Pendidikan min SMK (SMK Tata Busana diutamakan) - Mengetahui, memahami dan menguasi pembuatan pola, cutting, pengerjaan detailing (terutama untuk busana pria) - Aktif, Kreatif dan Inovatif - Dapat bekerja sama dengan tim dan target - Bersedia bekerja di kantor S&K akan disampaikan saat wawancara Untuk tahu informasi lebih lanjut, kalian bisa hubungi kontak CP Babecom melalui nomor whatsapp : +62 857 9073 3961 Atau, Bisa juga langsung kirim CV kalian melalui e-mail mereka di  babecom.03.08@gmail.com APPLY BEFORE 10 - 09 - 2022 MAGANG DULU, BARU KERJA  😀

Ketika Letih Menghampiri

By : Miftachul Janna
E-mail : jannamiftachul@yahoo.co.id
Website : www.miftachuljanna.blogspot.com




            Malam ini. Malam yang benar-benar membuat emosiku kembali menggebu-gebu tuk kesekian kalinya. “Ohh Tuhan, aku letih. Ini bukan aku yang sebenarnya. Hentikan semua ini!” Pintaku pada Tuhan suatu malam. Ketika emosi yang sama membara pada diriku. Sudahlah aku letih. Aku lelah. Ku matikan kedua ponselku malam ini. Tiada yang aktif. Ku nyalakan laptop dan seperti biasa, ku tuangkan semua keluh kesahku lewat tulisan-tulisan yang selama ini mampu mendengarku kapan saja. Ku tarik napas sedalam-dalamnya. Ku harap aku dapat sedikit tenang setelah ini.
            Message dari seorang gadis datang pada inbox milik kekasihku malam ini. Hassh. Rasanya aku ingin marah. Namun entah mengapa amarah ini tak lagi karena cemburu? Entahlah mengapa? Padahal sudah jelas message itu datang dari gadis yang beberapa silam lalu juga pernah menyebabkan peperangan dunia dalam kisah cinta kami. Namun tak mengertikah gadis itu jikalau aku tak mau dia mengganggu kami? “Huuhhh…” aku menghela napas panjang. “Lihat saja nanti, jika kamu berani membalas message itu! Aku akan marah atau bahkan tak akan marah lagi sedikitpun padamu. Karena aku telah sangat letih.” Ujarku dalam hati. Jujur akhir-akhir ini aku memang sangat bosan dengan dia. Sifat. Perilaku. Dan tindakan yang amat-teramat tidak aku suka. Rasanya kata ‘putus’ ingin berhujat untuk kesekian kaliya pada malam ini lagi. Namun tidak! Aku masih teringat bahwa aku masih butuh dia. Entah mengapa? Apakah aku masih menyayangnya? Namun entah mengapa pula aku berubah seperti ini? Dia bilang, “Mungkin kamu telah memiliki pelabuhan lain tuk tempat berlabuhmu?” itu pertanyaan bodoh darinya. Aku sebal. “Apa arti semua kesetiaanku selama ini? Jikalau itu argumentmu?” kedua bola mataku sedikit berkaca. Namun syukurlah aku dapat menahan tetesan eluh dipipi itu. Karena aku letih menagis karenanya. “Terlalu berharga air mataku.” Sembari berkaca. Menghapus tangis dengan jemari lentik milikku sendiri. Kini tak ada lagi jemarinya yang mampu membawaku tenang dalam dekapnya. Entah apa yang aku rasa? Semua terasa hambar. Namun rasa sayang masih terselip diantara kehambaran itu. Aku bingung. Harus bagaimana?
  T
ak lama kemudian. Ku aktifkan kembali salah satu ponselku. Lebih dari tiga puluh messages received menyantap inbox ponselku itu. Semua message datang darinya. Aku balas. Sepatah dua kata. Entah apa tanggapannya? “Udah puas matiin ponselmu itu?” itu kata dia. Bukannya meminta maaf malah marah balik terhadapku. Pasti pertengkaran datang lagi. Kapan sih dewi fortuna yang datang dan melerai pertengkaran antara kami? Sekali lagi aku berkata, “Aku letih…” senyumku pasi. Tiada keceriaan sedikitpun.
            Dan yahh benar. Lagi-lagi perang dunia. Jikalau ada rekor perang dunia terbanyak, ku rasa kami lah pemenangnya. Hufft. Kisah cinta seperti apa ini? Asam manisnya tak sepadan. “Sama, aku juga udah capek kayak gini. Aku juga manusia. Yang punya hati dan perasaan. Gak cuma kamu aja yang sakit. Aku juga.” Itu kata dia. Sama persis dengan kata-kata yang ingin aku ucap. Ku rasa kita sama. Kita impas. Dalam segala hal. Yahh. Aku rasa begitu.
  N
amun sesekali rasa sayang itu muncul kembali. Sayang yang teramat dalam. Yahh umur berpacaran kami terbilang lumayan lama. Satu tahun setengah. Dengan kehidupan sehari-hari yang tak jauh berbeda dengan malam ini. “Kenapa kamu sekarang biasanya cuma marah, marah, dan marah?” tanyanya. “Karena kamu yang membuatku seperti ini.” Aku tak mau mengalah. Lagi-lagi kami sama-sama keras kepala. Impas. Impas sekali. Namun sakit juga rasanya. Memarahi orang yang kita sayang. Bukan mauku. Bukan pintaku. Namun itu lah kenyataannya. Itulah keadaan sebenarnya. Kita tak berubah. Kamu masih dengan pendirianmu. Dan begitu pula aku.
            Mungkinkah ego masing-masing ini dapat bertahan lebih lama lagi pada hubungan kita? Entahlah? Sampai kapan harus begini? Pembahasan yang selalu sama. Tak berubah. Seperti dahulu. Tak ada yang mengalah. Herannya mengapa dikala kita telah kembali baikan dan menjalin hubungan yang baik-baik saja, mengapa selalu ada ara melintang? Selalu ada badai yang menerjang? “Mungkinkah menguji seberapa rasa sayang ini? Namun sampai kapan?” hanya itu yang sedari tadi aku pertanyakan. Mungkin kamu juga iya. Mempertanyakan hal yang sama. Jujur kamu kurang perhatian. Meski kamu pengertian. Namun perhatianmu juga aku butuh. Tak hanya sekali dua kali saja sayang. “Ku harap kamu mendengar doaku itu.” Seperti yang sudah pernah aku bilang, “Tak mau sedikitpun lepas dari perhatianmu. Walau hanya sedikit saja.”
            “Sama, aku juga begitu. Begitu juga yang aku rasa.” Mungkin itu yang akan kamu katakan padaku. Aku tahu. Karena kita sama. Tak berbeda.
            “Lantas bagaimana? Kita harus seperti apa lagi?” Tanyaku. Dia hanya menggeleng tiada jawaban. Sekalinya dia menjawab dia berkata, “Berubahlah! Berjanjilah tak kau buatku marah dan emosi seperti ini lagi! Berjanjilah jika kau tak akan memancing perkara lagi! Berjanjiah tak kau permainkan perasaanku seperti ini lagi! Aku juga letih. Aku ingin kita damai. Kita baikan. Seperti dahulu.” Ujarnya waktu itu. Aku masih ingat betul. Namun entah mengapa aku ulangi hal yang sama lagi. Tak hanya aku. Tapi kamu juga.
  L
arutpun tiba. Tak ada lagi balasan darinya. Aku telpon handphone miliknya. Tak ada sahutan. “Angkat sayang. Angkat telponku.” Pintaku merenggek. Namun percuma. Mungkin kekasihku itu sudah terlelap dalam tidurnya. Atau mungkin sengaja tak membalas ataupun mengangkat telpon dariku? “Sayang, maafin aku. Maaf untuk seribu kalinya.” Ujarku. Terkesan bulshiittt. Dan hanya semakin menyakitkan baginya. Ku rasa semua pokok permasalahan ini hanya sebuah kesalah pahaman yang terlalu aku besarkan. “Ohh Tuhan, jahatnya aku ini. Aku bilang aku sayang. Tapi secara perlahan aku permainkan hatinya seperti ini dengan sifatku.” Aku hanya menunduk. Sembari berharap kau masih mau memaafkan dan mengijinkanku memperbaikinya lagi.
***


Comments

Popular posts from this blog

Memperingati Hari Ibu : Sayang Bunda Padaku

By : Miftachul Janna E-mail : jannamiftachul@yahoo.co.id Website : www.miftachuljanna.blogspot.com             “Bunda, bisa jemput aku di sekolah sekarang?” pintaku melalui telepon genggam milikku itu.             “Iya, sayang... Memang kamu sudah pulang? Ini kan baru jam berapa?” kutenggok jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kiriku. Pukul sepuluh pagi lebih lima menit. Waktu yang masih pagi. Baru terpikir dalam benakku, pasti bunda khawatir ada apa denganku karena tak seperti biasanya aku pulang pagi seperti ini. Bunda yang mengangkat telepon di sebrang sana segera mengiyakan. Dan aku tau betul jika bunda segera meluncur ke sekolah untuk menjemputku.

Kutulis Untuk Ayah

By : Miftachul Janna E-mail : jannamiftachul@yahoo.co.id Website : www.miftachuljanna.blogspot.com             Banyak hal di dunia ini yang tidak kita mengerti. Begitu pula banyak hal yang tidak kita ketahui. Dan aku juga tidak tau mengapa aku dilahirkan dari seorang ibu yang bersuami seperti ayahku. Ayah yang menurutku selama ini mengacuhkan aku sebagai anaknya. Entah benar atau salahkah aku berkata seperti ini? Karena terkadang ibu yang sabar juga marah terhadap sikap ayah. Ibu adalah sosok ibu yang tidak pernah pantang menyerah. Sosok seorang wanita yang tegar bagiku. Karena dia mampu menghadapi ayahku yang notabene-nya seorang pemarah dan temprament, ibu tidak pernah berkata padaku untuk membenci ayah. Begitupula aku, tidak pernah berniat untuk membenci ayah. Karena bagiku baaimanapun dia, dia tetaplah ayahku.             Namun banyak hal di dunia ini yang tidak aku dapati penjelasannya. Mengenai mengapa ayahku mengacuhkanku? Sedari dulu,

Ketika Teknologi Digital Menghampiriku

By : Miftachul Janna E-mail : jannamiftachul@yahoo.co.id Website : www.miftachuljanna.blogspot.com Presented  by NGAWUR , Powered by Pusat Teknologi http://ngawur.org http://pusatteknologi.com http://bloggernusantara.com Ketika Teknologi Digital Menghampiriku Hmm. Mulai dari mana ya aku ngomongnya. Hehe. Mulai dari ketika Teknologi Digital menghampiriku aja deh. Teknologi Digital sudah tak bisa dipungkiri keberadaannya sekarang. Apalagi di kalangan remaja seperti aku ini. Teknologi digital pada dasarnya dibedakan menjadi 2 (dua) dari segi penggunaannya, yakni : a.        Segi Negatif Ketika alat-alat elektronik jatuh ke tangan manusia, alat-alat tersebut disalah gunakan. Mulai dari handphone yang untuk media porno. Televisi demikian pula. DVD demikian pula. Hmm. (banyak banget kayaknya kalau di ucapin satu-satu, hehe) Laptop, notebook, komputer untuk menghack situs seseorang maybe. Atau untuk menjelek-jelekan seseorang, komun