Skip to main content

KECANTIKAN

Lowongan Kerja Penjahit (Dibutuhkan segera pemagang untuk Tim Produksi) di BABECOM.

LAGI CARI KERJA? INGIN MENDAPAT POSISI DI SEBUAH PERUSAHAAN? TAPI, BELUM PUNYA PENGALAMAN? Nah, program magang atau internship yang sedang dibuka oleh Babecom di Kota Surabaya ini merupakan wadah yang pas untuk kalian (khususnya yang baru lulus SMK Tata Busana). Berikut kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi pemagang di Babecom. Yakni : - Muslimah - Usia max 25 th - Belum menikah - Pendidikan min SMK (SMK Tata Busana diutamakan) - Mengetahui, memahami dan menguasi pembuatan pola, cutting, pengerjaan detailing (terutama untuk busana pria) - Aktif, Kreatif dan Inovatif - Dapat bekerja sama dengan tim dan target - Bersedia bekerja di kantor S&K akan disampaikan saat wawancara Untuk tahu informasi lebih lanjut, kalian bisa hubungi kontak CP Babecom melalui nomor whatsapp : +62 857 9073 3961 Atau, Bisa juga langsung kirim CV kalian melalui e-mail mereka di  babecom.03.08@gmail.com APPLY BEFORE 10 - 09 - 2022 MAGANG DULU, BARU KERJA  😀

Ketika Cinta Harus Pergi

By : Miftachul Janna
E-mail : jannamiftachul@yahoo.co.id
Website : www.miftachuljanna.blogspot.com



 A
ku ini seorang remaja yang sedang gencar-gencarnya mencari cinta. Bukan merupakan sesuatu yang asing lagi bagi remaja untuk mengenal apa itu yang dinamakan berpacaran. Begitupula aku. Panggil saja Rissa. Carissa Liliana Putri lengkapnya. Pekan lalu aku baru saja menginjak umur ke tujuh belasku. Saat itu hadirlah seseorang yang bernama Bobby Pradipta yang mendampingi aku. Aku yang tak merayakan pesta besar-besaran seperti teman-temanku, sudah merasa teramat besar makna yang aku miliki ketika itu. Kedua orang tuaku sangat mendukung semua yang aku cita-citakan. Ditambah lagi sosok Bobby yang mampu membantuku. Yang mampu hadir disetiap keluh kesaku. Bagiku Bobby adalah sosok yang tepat menemani masa remajaku. Umur yang sebaya bukan berarti sebaya pula tingkat kedewasaannya. Bagiku, Bobby itu cowok yang dewasa. Dia mampu mejadi tulang punggung keluarganya setelah ayahnya tiada. Bobby mampu mejadi seorang kakak yang baik untuk adik-adiknya. Setiap sepulang sekolah dia selalu bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ibunya yang hanya seorang pekerja serabutan pasti akan merasa bangga memiliki putra seperti dia. Aku dan Bobby diciptakan berbeda. Itu yang kerap kali dikatakan oleh kedua orang tuaku. Mereka tak pernah setuju dengan hubunganku dan Bobby. Mereka bilang, “Keluarga bangsawan hanya boleh bersanding dengan keluarga bangsawan pula.” Kalimat itu selalu terngiang dalam benakku. Aku tak mengerti mengapa mereka tak mau mendengar pintaku yang satu ini? Mengapa mereka tak mau mengerti mengenai perasaanku? Karena bagiku tak ada yang salah dengan Bobby. Aku menerimanya apa adanya. Walaupun dia berasal dari keluarga yang sederhana, namun kesederhanaan itu mampu memikat hatiku padanya. Karena dia juga mencintaiku dengan sederhana.
            Siang hari, sepulang sekolah. Aku menyempatkan mampir ke rumah Bobby. Di sana aku disambut dengan baik oleh ibu dan adik-adiknya. “Siang bu, ini Carissa bawain makan siang. Mohon diterima ya.” Sembari menyunggingkan senyum aku menyodorkan makanan itu kepada mereka.
            “Rissa, kamu kok enggak bilang kalau mau mampir ke rumah aku?” di balik pintu muncullah Bobby kekasihku yang baru saja pulang.
            “Iya Bob, maaf. Tadi aku kira kamu langsung ke tempat kerja kamu. Makanya aku langsung aja inisiatif ke rumah kamu. Maaf ya aku gak ijin dulu ke kamu.” Biasanya aku juga langsung mampir ke rumah Bobby, tanpa ijin dulu padanya. Dan dia tak pernah mempermasalahkan itu. Tapi kali ini tidak.
            Bobby menganguk, mengiyakan. “Bob, kamu belum makan siang kan? Sini makan siang bareng kita.” Ajakku.
            “Enggak usah Riss, aku uda makan tadi di kantin sekolah.” Tolaknya tak seperti biasa. Aku dan Bobby memang tidak satu sekolah. Dulu pertemuan kami melalui Ageng Bramantyo sahabat karibku. Dia yang mengenalkanku pada Bobby.
            Aku yang sedang kecewa, jelaslah menampakkan wajah yang sedikit muram. “Kakak kenapa?” tanya salah satu adik Bobby. Aku hanya menggeleng. “Kak Bobby gak biasanya gitu kok kak, biasanya juga mau di ajakin makan siang bareng meskipun dia udah makan. Mungkin Kak Bobby lagi kecapekan aja makanya gitu kak.” Ujarnya meyakinkanku. Akupun mulai mengumbar senyumku lagi.
            Melihat sikap Bobby belakangan hari ini yang sedikit berbeda terhadapku, jelas membuatku bertanya ada apakah dengan Bobby? “Mungkin Bobby lagi sakit?” aku mulai mencari jawabannya.
            “Bu, Bobby berangkat dulu ya. Assalamu’alaikum...” pamitnya. Tanpa melirik ke arahku sedikitpun, Bobby segera meninggalkan jejaknya dari pekarangan rumahnya. Tanpa banyak tanya aku segera menyusulnya. Usai berpamitan dengan ibu Bobby, aku meluncurkan mobilku mengikutinya yang sedang menaiki angkot. “Kok Bobby gak berhenti disini? Dia kan masih kerja di tempat distro Ageng. Tapi ini sudah kelewatan.” Aku terus membuntutinya dari belakang. Tak lama kemudian, mataku terbelalak melihat Bobby turun dari angkot dan menuju ke sebuah rumah sakit. “Bobby beneran lagi sakit? Kenapa sih Bobby gak bilang sama aku.” Akupun memarkirkan mobilku. Langkah Bobby yang cepat membuatku kehilangan jejaknya. Aku terus berusaha memusatkan pandanganku ke seluruh sisi. Hingga aku temukan sosoknya yang mulai pucat. Dari kejauhan sana wajahnya yang mulai pasi sudah terlihat. Aku segera melangkahkan kaki menuju ke arahnya. Langkahku berhenti sekejap mendengarkan pembicaraan Bobby dengan salah seorang dokter saat itu. “Penyakit kamu sudah akut Bob. Kamu harus segera rawat inap dan rutin kemoterapi, jika tidak kanker otak stadium empat milikmu itu tak lama lagi akan merenggut nyawamu.”
            “Appaaa? Kanker? Kanker otak? Sejak kapan Bobby mengidap penyakit itu? Kenapa dia enggak pernah cerita sama aku?” kedua bola mataku mulai berkaca-kaca. Aku tak mengerti mengapa Bobby tak mau bercerita sedikitpun mengenai hal ini. Aku mulai merasa sedih. Hatiku yang mencintainya mulai meringkih.
            “Rissa, kamu kok bisa ada di sini sayang?” sapanya mengahampiriku. Ternyata dia merasakan keberadaanku. Aku hanya diam. Tak menjawab sepatah katapun. Aku yang mencoba menudukkan kepala agar tak terlihat raut kesedihanku itupun tetap saja terlihat. Kantong bola mataku yang tak mampu menahan tangispun mulai meluber. Tetesan-tetesan itu segera dihapusnya dengan jemari kekasihku itu. Bobby yang tak tahan kuasa menyaksikan kesedihanku pun langsung menenggelamkanku ke dalam pelukan hangat miliknya. Pelukan yang sangat akan aku rindu jika kelak Bobby akan meninggalkanku untuk selamanya. “Sayang, kamu percaya ya aku sayang sama kamu. Cinta tak harus memiliki. Biarpun nanti aku pergi, cinta itu akan selalu aku tanamkan dalam benakmu Carissaku sayang.” Diapun mencium keningku. Aku hanya bisa menangis, tanpa mampu membalas kata-katanya sepotongpun. Kupeluk tubuhnya erat. Dan saat itu juga Bobby menghembuskan napas terakhirnya. “Bobby, Bobby bangun Bob! Bangun!” pintaku sembari terus menangis.
  S
atu minggu setelah kepergiannya. Aku menyempatkan diri menjenguk keluarga Bobby. Di sana nampak kehidupan yang tak secerah biasanya. Salah satu Adik Bobby mengantarkanku ke kamar Bobby. Di sana aku lihat bingkai-bingkai foto kami yang tertata rapi di dinding maupun mejanya. Akupun duduk sejenak, memandangi pemandangan kamarnya untuk yang pertama dan yang terakhir. “Kak, ini ada hadiah buat kakak yang belum sempat Kak Bobby berikan ke kakak...” adiknya menyodorkanku sebuah bingkisan. Berlapiskan kertas kado berwarna biru kesukaanku, di dalamnya terbalut sebuah boneka dolpin kecil yang juga berwarna biru dan juga berisikan kalung yang sebelum ulang tahun ke tujuh belasku aku tunjukkan padanya di salah satu mall kala itu. Sehelai kertas pun mewakili kata-katanya yang belum sempat terucap dari bibirnya. “Carissaku sayang happy birthday, maafin aku yaa aku baru kasih kado ini ke kamu. Maafin aku karena di hari spesialmu waktu itu aku masih belum bisa memberikan hadiah kepadamu. Hadiah ini baru aku beli satu minggu sesudah ulang tahunmu, karena saat itu upah kerjaku baru keluar. Simpan yaa dolpin kecil dan kalung yang tak seberapa harganya ini dibanding dengan rasa sayangku ke kamu. Love you, Rissa”
From : Bobby Pradipta ...


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Memperingati Hari Ibu : Sayang Bunda Padaku

By : Miftachul Janna E-mail : jannamiftachul@yahoo.co.id Website : www.miftachuljanna.blogspot.com             “Bunda, bisa jemput aku di sekolah sekarang?” pintaku melalui telepon genggam milikku itu.             “Iya, sayang... Memang kamu sudah pulang? Ini kan baru jam berapa?” kutenggok jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kiriku. Pukul sepuluh pagi lebih lima menit. Waktu yang masih pagi. Baru terpikir dalam benakku, pasti bunda khawatir ada apa denganku karena tak seperti biasanya aku pulang pagi seperti ini. Bunda yang mengangkat telepon di sebrang sana segera mengiyakan. Dan aku tau betul jika bunda segera meluncur ke sekolah untuk menjemputku.

Kutulis Untuk Ayah

By : Miftachul Janna E-mail : jannamiftachul@yahoo.co.id Website : www.miftachuljanna.blogspot.com             Banyak hal di dunia ini yang tidak kita mengerti. Begitu pula banyak hal yang tidak kita ketahui. Dan aku juga tidak tau mengapa aku dilahirkan dari seorang ibu yang bersuami seperti ayahku. Ayah yang menurutku selama ini mengacuhkan aku sebagai anaknya. Entah benar atau salahkah aku berkata seperti ini? Karena terkadang ibu yang sabar juga marah terhadap sikap ayah. Ibu adalah sosok ibu yang tidak pernah pantang menyerah. Sosok seorang wanita yang tegar bagiku. Karena dia mampu menghadapi ayahku yang notabene-nya seorang pemarah dan temprament, ibu tidak pernah berkata padaku untuk membenci ayah. Begitupula aku, tidak pernah berniat untuk membenci ayah. Karena bagiku baaimanapun dia, dia tetaplah ayahku.             Namun banyak hal di dunia ini yang tidak aku dapati penjelasannya. Mengenai mengapa ayahku mengacuhkanku? Sedari dulu,

Ketika Teknologi Digital Menghampiriku

By : Miftachul Janna E-mail : jannamiftachul@yahoo.co.id Website : www.miftachuljanna.blogspot.com Presented  by NGAWUR , Powered by Pusat Teknologi http://ngawur.org http://pusatteknologi.com http://bloggernusantara.com Ketika Teknologi Digital Menghampiriku Hmm. Mulai dari mana ya aku ngomongnya. Hehe. Mulai dari ketika Teknologi Digital menghampiriku aja deh. Teknologi Digital sudah tak bisa dipungkiri keberadaannya sekarang. Apalagi di kalangan remaja seperti aku ini. Teknologi digital pada dasarnya dibedakan menjadi 2 (dua) dari segi penggunaannya, yakni : a.        Segi Negatif Ketika alat-alat elektronik jatuh ke tangan manusia, alat-alat tersebut disalah gunakan. Mulai dari handphone yang untuk media porno. Televisi demikian pula. DVD demikian pula. Hmm. (banyak banget kayaknya kalau di ucapin satu-satu, hehe) Laptop, notebook, komputer untuk menghack situs seseorang maybe. Atau untuk menjelek-jelekan seseorang, komun