Memperingati Hari Ibu : Sayang Bunda Padaku

By : Miftachul Janna
E-mail : jannamiftachul@yahoo.co.id
Website : www.miftachuljanna.blogspot.com

            “Bunda, bisa jemput aku di sekolah sekarang?” pintaku melalui telepon genggam milikku itu.

            “Iya, sayang... Memang kamu sudah pulang? Ini kan baru jam berapa?” kutenggok jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kiriku. Pukul sepuluh pagi lebih lima menit. Waktu yang masih pagi. Baru terpikir dalam benakku, pasti bunda khawatir ada apa denganku karena tak seperti biasanya aku pulang pagi seperti ini. Bunda yang mengangkat telepon di sebrang sana segera mengiyakan. Dan aku tau betul jika bunda segera meluncur ke sekolah untuk menjemputku.

            Sesampainya di sekolah. Halaman sekolah jelaslah nampak sepi. Mungkin dalam pikiran bunda waktu itu dia terlambat menjemput sehingga sekolah sudah sepi seperti itu. Tetapi tidak, karena bunda sudah mendengar dari petugas keamanan sekolahku jika saat itu memang betul belum waktunya pulang sekolah. Bunda yang mulai celingukan, memberanikan diri bertanya kepada salah satu guru yang ditemuinya. Guruku itupun menunjukkan dimana ruang kelasku. Aku yang keluar dengan membawa tas dengan raut pucat kesakitan, membuat bunda benar-benar khawatir. “Kamu sakit, Nak?” tanya bunda sembari memegang keningku yang memang demam tinggi. Aku hanya mengganguk. Bunda memelukku. Matanya berbinar seakan tidak ikhlas melihat putrinya ini sakit. Padahal aku tau betul waktu itu bukan penyakit parah yang tiba padaku. Mungkin karena kelelahan saja. Namun lihatlah ekspresi bunda, dia sudah khawatir denganku. “Ohh Bundaku sayang, kalau saja aku bisa menghitung berapa kali dalam seumur hidupku ini Bunda menghawatirkan aku, aku akan menggantinya dengan emas permata nanti Bunda. Hanya saja aku tak dapat menghitungnya. Terlalu banyak Bunda menghawatirkan aku selama ini. Namun belum satu kalipun aku menggantikan jasa Bunda itu. Bunda wonder woman dehh.” Pujiku dalam diary. Aku tersenyum sembari memandang bingkai foto Bunda di meja belajarku, air mata ini menetes seketika. “Betapa sayangnya Bunda denganku...”

            Bertepatan dengan ‘Hari Ibu’ yang jatuh pada tanggal 22 Desember, aku tak sempat menulis sepatah dua kata untuk bunda. “Maaf ya, Bunda...” aku menunduk meminta maaf dalam bayangan cermin yang sedang aku lihat.

            Kemarin. “Selamat Hari Ibu, Bunda...” sepulang sekolah dengan lantang aku mengucapkan Selamat Hari Ibu kepada Bunda yang sedang sibuk di dapur. Aku menghampirinya. Mencium kanan dan kiri pipi miliknya sembari bertanya, “Bunda mau aku kasih hadiah apa?” Bunda hanya tersenyum, membalas ciuman yang aku berikan. “Bunda, tidak ingin hadiah apa-apa, Nak. Bunda hanya ingin kamu jadi putri Bunda yang sukses kelak nantinya. Hidup lebih baik daripada Bunda.” Itulah jawaban bunda. Aku tau betul itu bukan sekedar jawaban. Melainkan sebuah doa yang disertainya untukku.

            “Banyak hal di dunia ini yang tidak dapat kita lakukan tanpa Ibu. Mulai dari dalam kandungan, ibulah yang menjaga kita. Saat melahirkan, ibu pula yang berjuang mempertahankan kita walau nyawanya pun menjadi taruhannya. Ketika balita, ibu juga yang setia mendengar tangisan kita. Mengerti kita. Walau kita belum bisa berbicara sekalipun. Dan bagiku sudah tak terhitung berapa banyak yang Bunda lakukan dan berikan untukku selama ini. Hingga aku beranjak dewasa, Bunda lah yang selalu setia berada di sampingku. Sekalipun aku sesekali membentaknya, Bunda tidak marah. Tetap teguh jika dia menyayangi aku. Ketika aku mengacuhkan nasihatnya, Bunda malah tersenyum dan tak pernah lelah memberikan nasihatnya untukku. Pokoknya Bunda Is The Best dehh buat aku. Ngga’ ada yang bisa menggantikan dia. AKU SAYANG BUNDA...” dan kali ini itu lah yang aku tuliskan. Sebenarnya aku ingin sekali mengatakan langsung mengenai kekagumanku kepada Bunda. Tapi kalau dipikir-pikir lagi bisa seabad lamanya aku berkata-kata. Atau bahkan lebih. Karena jasa Bunda tidak dapat ternilai harganya.

           “Selamat Hari Ibu untuk Bunda dan Perempuan se-Dunia yaa...”




(mohon maaf postingan 'Hari Ibu'nya terlambat)