Skip to main content

KECANTIKAN

Lowongan Kerja Penjahit (Dibutuhkan segera pemagang untuk Tim Produksi) di BABECOM.

LAGI CARI KERJA? INGIN MENDAPAT POSISI DI SEBUAH PERUSAHAAN? TAPI, BELUM PUNYA PENGALAMAN? Nah, program magang atau internship yang sedang dibuka oleh Babecom di Kota Surabaya ini merupakan wadah yang pas untuk kalian (khususnya yang baru lulus SMK Tata Busana). Berikut kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi pemagang di Babecom. Yakni : - Muslimah - Usia max 25 th - Belum menikah - Pendidikan min SMK (SMK Tata Busana diutamakan) - Mengetahui, memahami dan menguasi pembuatan pola, cutting, pengerjaan detailing (terutama untuk busana pria) - Aktif, Kreatif dan Inovatif - Dapat bekerja sama dengan tim dan target - Bersedia bekerja di kantor S&K akan disampaikan saat wawancara Untuk tahu informasi lebih lanjut, kalian bisa hubungi kontak CP Babecom melalui nomor whatsapp : +62 857 9073 3961 Atau, Bisa juga langsung kirim CV kalian melalui e-mail mereka di  babecom.03.08@gmail.com APPLY BEFORE 10 - 09 - 2022 MAGANG DULU, BARU KERJA  😀

Kutulis Untuk Ayah

By : Miftachul Janna
E-mail : jannamiftachul@yahoo.co.id
Website : www.miftachuljanna.blogspot.com



            Banyak hal di dunia ini yang tidak kita mengerti. Begitu pula banyak hal yang tidak kita ketahui. Dan aku juga tidak tau mengapa aku dilahirkan dari seorang ibu yang bersuami seperti ayahku. Ayah yang menurutku selama ini mengacuhkan aku sebagai anaknya. Entah benar atau salahkah aku berkata seperti ini? Karena terkadang ibu yang sabar juga marah terhadap sikap ayah. Ibu adalah sosok ibu yang tidak pernah pantang menyerah. Sosok seorang wanita yang tegar bagiku. Karena dia mampu menghadapi ayahku yang notabene-nya seorang pemarah dan temprament, ibu tidak pernah berkata padaku untuk membenci ayah. Begitupula aku, tidak pernah berniat untuk membenci ayah. Karena bagiku baaimanapun dia, dia tetaplah ayahku.
            Namun banyak hal di dunia ini yang tidak aku dapati penjelasannya. Mengenai mengapa ayahku mengacuhkanku? Sedari dulu, ayah tidak pernah mengurus pendidikanku. Semua ibu, semua ibu saja. Mendaftarkanku sekolah, mencarikanku biaya sekolah, termasuk memberiku biaya untuk bimbingan belajar. Bagiku itu tak adil. Ibu tak harus bekerja sekuat tenaga seperti itu. Ibu sudah cukup letih dengan pekerjaan rumahnya yang melimpah. Namun entah mengapa pula Tuhan tak memberikan rezeki yang melimpah ruah juga kepada ibu? Sering kali ibu menasehatiku, “Nak, bersabarlah! Kau tidak boleh berkata seperti itu. Tuhan telah mengariskan bagaimana kehidupan kita. Jalani saja seperti roda yang berputar. Tapi satu nak, janganlah kau lupa berdoa dan berusaha.” Kata-kata yang selalu tergiang dalam benakku. Dan setiap kali aku mengingatnya, tetesan air mata ini sudah tak mampu tertampung dalam kelopaknya, dan jelaslah tumpah seketika. Aku membisu selalu ketika bunda memberiku nasihat. Karena aku tak sanggup berujar dengan air mata haru yang berlinang. Merasakan kehidupan ini saja sudah membuatku rumit untuk berpikir diantara masa remajaku. Sejak Sekolah Dasar menuju Sekolah Menengah Pertama aku selalu berusaha sendiri mencari sekolah manakah yang tepat untukku. Tanpa bantuan ayah. Begitu juga ketika aku lulus Sekolah Menengah Pertama dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atasku sendiri. Mencari dan memilah-milah lagi sekolah mana yang tepat untukku. Hingga sekarang, aku telah duduk dibangku kelas 3 Sekolah Menengah Atas. Semua aku lakukan sendiri. Berjuang demi pendidikanku. Belajarpun sendiri. Tak ada media lain sebagai tempatku belajar kecuali di sekolah. Kerap kali aku menginginkan ikut bimbingan belajar diluar sana, namun memandang kedua bola mata ibuku, aku tak mampu meminta. Aku takut meyakiti hatinya. Membuatnya berfikir keras mencarikan biaya bimbingan belajar yang tak murah itu. Dan akhirnya pun aku ikhlas tak bisa mengikuti sarana belajar lain itu, dengan aku memilih jalan membungkam mulut untuk tak berujar akan permintaanku itu kepada ibu.
            Hari demi hari kulewati. Sekuat tenaga aku belajar untuk terus mendapatkan hasil yang maksimal. Mendapat presasi belajar yang baik adalah keinginanku. Dan aku rasa, itu juga keinginan ibuku. Namun tak dapat dipungkiri perjuanganku duduk dibangu kelas 3 ini tidaklah mudah. Banyak saingan-saingan yang harus aku kandaskan dengan sportif. Dan semua itu tak mudah pula caranya. Belakangan hari ini aku merasa turun dalam aktivitas belajarku. Disambut dengan nilaiku yang juga turun. Aku tak tau mengapa? Yang jelas aku taku. Takut menyakiti perasaan ibu. Karena hanya dengan inilah aku mampu membuatnya tersenyum. Tak ada lagi cara lain yang bisa aku lakukan. Sekalipun aku jadi miliader nantinya, jika aku tidak mempunyai prestasi yang baik untuk apa semua kekayaan itu. Dan uang takkan selalu membahagiakan ibu. Karena bagi ibu, “Uang bisa dicari. Namun prestasi dan nilai baik itu susah dicari, Nak.” Kata ibu.
            Menjelang Ujian Nasional yang kurang empat bulan lagi, aku sudah merasakan deg-degan yang teramat. Selain itu, melanjutkan pendidikanku nantinya juga menjadi beban pikiranku. Mulai hari ini aku sudah berusaha mencari manakah universitas yang tepat dan tak membebani ibuku dalam maslah biaya. Jika boleh aku meminta, aku berharap aku mampu menemukan universitas yang cocok denganku dan bisa memberikanku beasiswa. Setidaknya mampu mengurangi beban ibu walau sedikit. Namun semua itu akan menjadi berharga bila iya.
Tak jarang aku protes dan bertanya kepada ibu, “Mengapa aku merasa ayah acuh terhadapku, Bu? Bukankah aku ini memang benar putrinya? Aku ingin seperti teman-temanku yang lain. Ketika mendaftar sekolah didampingi oleh ayahnya. Ketika gundah, ayah mampu memberikan solusi yang dewasa terhadapku? Seperti teman-temanku. Tak hanya dari ibu. Ini tak adil, Bu. Aku juga pantas mendapatkan perhatian yang lengkap kan dari kedua orang tuaku?”
“Nak, dengarlah ibu! Kau tidak boleh menghakimi ayahmu seperti itu.” Ibu membelai rambut panjangku, lembut.
“Aku tak menghakimi ayah, Bu. Aku hanya bertanya.” Aku mengentikan sebentar perkataanku. “Aku haus akan perhatiannya, Bu.” Lanjutku sembari menundukkan kepala. Ibu yang mengetahui bila aku sedang menutupi isak tangisku dengan rambut panjangku yang tergerai itu segera menarik pandanganku kepadanya. Dipandangnya lekat kedua bola mataku yang berair. Ditenggelamkannya aku dalam dekap hangatnya. “Percayalah Nak, ayahmu sayang terhadapmu. Hanya saja dia sedang terlalu sibuk mencari uang untuk biaya sekolahmu.” Kata ibu. “Lantas jika benar begitu mengapa selama ini ibu yang membiayai sekolahku? Kemana saja ayah seperti yang ibu bilang itu, Bu?” aku kembali bertanya. Ibu hanya terdiam tak menjawab.
Larutpun mulai tiba. Akupun beranjak ke ruang tidurku. Sebelum tertidur, aku menuliskan sesuatu di secarik kertas samping meja milikku itu, “Ayah, aku harap ayah kali ini mendengarkanku! Mengetahui apa pintaku. Dan mampu berada disampingku untuk menemani dan mendukungku dalam menginjak perguruan tinggiku nantinya, Ayah. Aku sayang ayah...” aku menaruhnya juga tepat di meja itu. Dan akupun tertidur pulas dalam mimpi indahku.

Comments

  1. Semoga sang ayah segera mendengarkan ya...
    Bagaimanapun, selalu ada cinta untuk anak di hati setiap orang tua :)

    ReplyDelete
  2. Kadang ayah menyayangi kita dengan caranya sendiri. Tapi kalau soal biaya kuliah yang nggak sedikit, seharusnya memang dibicarakan baik-baik dengan beliau ya... Yang penting sekarang, belajar aja dulu dengan tenang supaya lulus dng nilai yang memuaskan. Okey?

    ReplyDelete
  3. Mifta, kalau ingin bikin "baca entri selanjutnya' itu, gampang aja. Di halaman 'entri' kan ada banyak menu tuh. Setelah alinea pertama, mifta klik menu "Insert Jump Break" bergambar kertas koyak. Udah.. Nanti di postingan akan keluar "baca entri selanjutnya" itu...

    Kalau mau ganti kata-kata itu dengan kata-kata versi Mifta sendiri, pergi ke 'Tata Letak', di laman 'Posting" klik edit. Trus, ketik deh kata-kata yang Mifta inginkan di sebelah kata: 'Teks Tautan laman entri'

    Begitu, Dek. So, happy blogging.. :)

    ReplyDelete
  4. try2bcoolnsmart : aminn :)
    thanks yaa commentnya :)

    DewiFatma : oke dehh :)
    thanks banget loh mbak buat nasihat sama tipsnya :) bermanfaat banget :) buat "baca entri selanjutnya" udah berhasil berhasil horreee :D

    ReplyDelete
  5. ceritanya menyentuh ,, semoga ayahnya mendengarkan ya,,
    oh ya kalau mau ikutan di GA saya gampang kok,, posting aja poto yg lagi tertawa lepas. trus buat beberapa kata tuk menjelaskan kenapa tertawa itu..

    ReplyDelete
  6. oot : kamu ke leutikaprip.com aja disana ada caranya nerbitin buku sendiri.

    ReplyDelete
  7. OOT : masih ada waktu sampai besok malam kalau mau ikut kontes potret perempuan & aktivitas, yuk .. ditunggu.

    ReplyDelete
  8. Menyentuh banget sih... Sekarang hari ibu. Tapi denger cerita ayah, sama mengharukan juga.

    Kamu ga nulis tentang ibu di hari ibu?

    ReplyDelete
  9. al kahfi : aminn :)
    makasih buat partisipasi dan commentnya yaa ..
    berminat-berminat :)
    okeoke ..

    Sang Cerpenis Bercerita : sipp, thanks saran dan infonya loh :)

    dey : pengen sih, tapi fotonya itu yang aku bingung kan dalam persyaratannya harus pakai foto asli nahh sedangkan aku kan sukanya bikin animasi hehehe.. tapi oke dehh aku usahain nanti :)

    muslimmuda : thanks :)
    heem, jujur kemarin banyak tugas jadi belum sempat, mungkin hari ini bakalan aku posting'in :)

    ReplyDelete
  10. oot : www.leutikaprio.com. bukan leutikappio. coba cek lagi deh.

    ReplyDelete
  11. Sang Cerpenis Bercerita : iya sudah bisa. terus pengiriman naskahnya itu dikenakan biaya berapa ?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Memperingati Hari Ibu : Sayang Bunda Padaku

By : Miftachul Janna E-mail : jannamiftachul@yahoo.co.id Website : www.miftachuljanna.blogspot.com             “Bunda, bisa jemput aku di sekolah sekarang?” pintaku melalui telepon genggam milikku itu.             “Iya, sayang... Memang kamu sudah pulang? Ini kan baru jam berapa?” kutenggok jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kiriku. Pukul sepuluh pagi lebih lima menit. Waktu yang masih pagi. Baru terpikir dalam benakku, pasti bunda khawatir ada apa denganku karena tak seperti biasanya aku pulang pagi seperti ini. Bunda yang mengangkat telepon di sebrang sana segera mengiyakan. Dan aku tau betul jika bunda segera meluncur ke sekolah untuk menjemputku.

Ketika Teknologi Digital Menghampiriku

By : Miftachul Janna E-mail : jannamiftachul@yahoo.co.id Website : www.miftachuljanna.blogspot.com Presented  by NGAWUR , Powered by Pusat Teknologi http://ngawur.org http://pusatteknologi.com http://bloggernusantara.com Ketika Teknologi Digital Menghampiriku Hmm. Mulai dari mana ya aku ngomongnya. Hehe. Mulai dari ketika Teknologi Digital menghampiriku aja deh. Teknologi Digital sudah tak bisa dipungkiri keberadaannya sekarang. Apalagi di kalangan remaja seperti aku ini. Teknologi digital pada dasarnya dibedakan menjadi 2 (dua) dari segi penggunaannya, yakni : a.        Segi Negatif Ketika alat-alat elektronik jatuh ke tangan manusia, alat-alat tersebut disalah gunakan. Mulai dari handphone yang untuk media porno. Televisi demikian pula. DVD demikian pula. Hmm. (banyak banget kayaknya kalau di ucapin satu-satu, hehe) Laptop, notebook, komputer untuk menghack situs seseorang maybe. Atau untuk menjelek-jelekan seseorang, komun